Sabtu, 31 Januari 2009

Genit

Minggu 25 Januari jam 22.00. Saya tengah menikmati hangatnya air putih di dapur untuk mengusir dingan. Kulit saya memang gampang sekali bentol-bentol kalau kena dingan. Rasanya gatal sekali. Apalagi kalau musim hujan begini, kalau tidak segera diantisipasi bisa-bisa semalam suntuk tangan ini tak bisa berhenti garuk-garuk. "Cling...cling...", terdengar tanda pesan masuk di hape. Saya segera berjingkat naik ke sarang, menengok pesan yang masuk. Hati sudah riang nih kalau-kalau dapat pesan dari teman-teman moeslem. Kalau bos dan promo xl kan gak pernah tuh kirim pesan tengah malam.

"Tik...", bunyi pesannya pendek sekali. "Halah, genit," gerutu saya melihat nama pengirimnya: Sales soft drink. Karena kurang kerjaan sayapun membalas "Ya, salam buat nyonya. Dan pesan cola 1 container". Tak lama ada balasan masuk: "Istriku sudah meninggal 15 Juli lalu". Terus saya tulis: "Ikut berduka cita, sakit apa?" Dia balas: "Meninggal setelah melahirkan anak ke 2." Terus saya jawab: "Mudah2an cepet dapat ganti. Dah cakep, masih muda, ga macam2, pasti banyak yang mau. Amien." Dia balas pendek: "Wah, ngeledek."

Ngantuk, berbalas sms selesai. S nama orang itu. Dia memang ramah, supel dan baik. Tapi satu hal keburukannya: suka ngomongin tabiat orang yang ga bener. Saya sih cukup mengiyakan saja tiap kali ia cerita. Maksud saya iya biarin saja, wong cuma gossip. Apa kamu lihat sendiri? Cape deh ngeladeni kalau dia mulai bergossip. Dan melihat tampilannya saya bisa menebak selera dia. Tapi apa ada cewek cantik dengan cat kuku warna-warni mau ngurus popok dua bocah kecil? Wallohua'lam bisshowwab.

Dulu pernah dia mulai bergossip dan saya pura-pura sibuk. Trus dia beralih topik, "Sholat yahajud kok susah ya?" Hmm, syukurlah kalau orang itu ngerti bahasa isyarat saya. Bukannya sok alim tapi cuma risih kalau berkicau tentang hal-hal yang tak wajar.

0 komentar:

Posting Komentar