Minggu, 25 Januari 2009

Tentang Pertama

Pertama. Otak manusia selalu mengingat hal-hal yang pertama lebih mendalam daripada hal-hal yang datang setelahnya. Kakek nenek lebih lebih ingat pada nama cucu pertama dan kasih sayangnya membanjir luar biasa. Bapak ibu selalu ingat dan berharap banyak pada anak sulung. Para pedagang pun menganggap pembeli pertama sebagai penglaris (pembawa hocky). Dan ada pepatah: cinta pertama tak pernah terlupakan. Sesuatu yang pertama menandakan hadirnya hal baru yang sebelumnya tak ada. Itu sebabnya terasa sangat istimewa.

Husnayaein. Di Jatinegara kita kan bertemu... lagu siapa itu hayooo. Anak Jakarte yang masih pintar basa Jawa itu adalah yang pertama ngisi komment di blog ini. Tentu saja saya tak bisa melupakan kebaikannya itu. Ia sudah menyempatkan diri membaca buku mingguan (soalnya catatan ini hanya di tulis tiap minggu kalo libur saja, bukan tiap hari) saya ini dan ngasih komment juga. Pinter, suka nasyid dan tak mudah terpancing emosi. Di moeslem memang pinter-pinter, cuma saya yang lelet. Wah, kesempatan emas buat belajar ma teman-teman nih.

Pratama. Sahabat pertama yang saya temukan di mirc. Dia suka cuap-cuap di radio net, saya suka dengarkan lagu yang menye-menye. Klop deh. Pucuk di cinta ulam tiba. Suaranyapun mikroponis. Berat dan intonasinya teratur. Wuihh, kek MC profesional saja. Tapi awas peringatan buat para pemilik suara bagus nih: suara merayu, tampang menipu, hehehe. Just kidding, jangan marah yaaa..wekekekeke

Maha Suci Allah yang telah menciptakan hamba-Nya dengan aneka warna sehingga kita bisa mengenal satu sama lain. Coba kalo semua di bikin bagus, semua jelek, semua putih, semua hitam, semua bodoh atau semua pintar... pasti ga akan menarik lagi dunia karena semua seragam, monoton, sudah gak ada tantangan. Kalau semua orang bersuara merdu penyanyi gak laku karena semua sudah pintar nyanyi.

0 komentar:

Posting Komentar