Selasa, 03 Februari 2009

Senyumnya Manis Sekali

Sore hari, di lampu merah. Saya berhenti, menikmati rintik hujan yang lembut. Mata menoleh ke kiri atas. Melihat spanduk-spanduk yang bertebaran. Ada iklan rokok, info show band, ketoprak humor dan poto-poto kampanye caleg yang nampak ramah. Lalu menoleh ke kanan. Di seberang ada perempuan tuna netra berjalan di atas trotoar. Menggunakan tongkat sebagai penunjuk jalan. Owh... selain tak bisa melihat dia juga pincang. Kakinya yang kiri tertatih-tatih mengikuti irama kaki kanan. Jadi tongkat itu bukan saja sebagai penunjuk jalan tapi juga jadi kaki ketiga. Pantas saja dari kayu, bukan fyber putih yang biasa dibawa saudara-saudara tuna netra.

Tampak ia berjalan sambil tersenyum. Menyunggingkan senyum yang manis sekali. Sepertinya ia sedang bahagia dalam dunianya. Saya bandingkan senyum dia dengan senyum para caleg di banner. Sama-sama tersenyum. Yang asli tersenyum bahagia dalam kesahajaan. Yang gambar adalah senyum pepsodent mencari simpati biar dipilih. Saya jadi ikut tersenyum (kecut), tersindir.

Kalau yang dikasih ketidaksempurnaan saja masih bisa tersenyum dan bersyukur, kenapa saya masih suka mengeluh dan cemberut. Tuhan, ampuni dosa saya.

0 komentar:

Posting Komentar