Minggu, 27 Desember 2009

Terima kasih

Senin, 28 desember 2009

Satu hal yang harus saya lakukan sebelum tutup tahun 2009 adalah mengucapkan terima kasih kepada banyak sahabat, kerabat, sodara, dan semua orang. Saat bapak mulai sakit thn 2005 yang lalu, betapa sakit bapak sudah menjadi tabungan akhirat bagi banyak orang. Bapak2, ibu2, teman2, menyempatkan diri di tengah kesibukan mereka untuk menengok bapak di rumah sakit. Sekembali di rumah pun tamu2 masih berdatangan untuk memberi dukungan bagi kesembuhan bapak. Betapa bapak di cintai banyak orang.

Doa banyak orang di ijabah Allah. Bapak sembuh setelah sakit yang cukup bahaya: hampir stroke. Di tangani dokter spesialis syaraf dengan obat2an yg lumayan mahal, masih juga ada fisioterapi. Di hibur juga oleh teman2nya yang lucu2. Allah memberi bonus usia hampir 5 tahun hingga akhirnya beliau di panggil menghadap.

setelah dua pekan bed rest di rumah sakit dan dua pekan istirahat di rumah, bapak kemballi beraktivitas. Bisa masuk kerja lagi dan main bola kesukaannya.


27 Maet 2006

Pagi2, gempa besar melanda Yogya. Rumah hancur dan rata dengan tanah. Saya dan Iqbal si keponakan jagoan serasa hampir tewas kerobohan material bangunan. Konyolnya, saat semua gelap dan susah bernafas, saya jadi teringat gempa Nias yang sering di tayangkan tv. Banyak orang hilang tertimbun bangunan. Hati pun khawatir, jangan2 nanti nyawa ini hanya tinggal nama. Duhhh ...ngerinya.

Setelah bisa keluar dari reruntuhan, ternyata badan ini masih utuh. Hanya lecet2 sedikit. Dan kepala ini langsung teringat bapak. Tadi beliau masih tidur. Habis sakit berat pula. Benar2 mengkhawatirkan. Bisakah belio menyelamatkan diri?
Ternyata beliau sudah berdiri di luar. Alhamdulillah, tadi bisa lari.

Dan yang terjebak bangunan runtuh justru...abang. Kami kaget saat dengar suara mengerang2 di antara tumpukan bongkahan bata2 bercor dan kayu. Muka abang pucat, tak bisa bergerak. Napasnya tersengal2. Leher ke bawah tertimpuk material berat yang malang melintang. Sulit untuk menarik mana dulu yang harus di singkirkan. Kayu2 besar dan bongkahan batu bata silang menyilang menutup badannya. Seperti orang kena hukuman rajam saja.

"Cepat....cepat..." teriak abang kesakitan. Tak ada yang kuat menarik bongkahan2 besar itu. Iqbal, anaknya hanya bisa meneteskan air mata melihat ayahnya tersiksa. Tak banyak yang bisa dilakukan bapak maupun saya. Lalu suami Asih datang. Dengan ototnya yang kuat, ia tarik kayu2 besar. Lalu orang2 berdatangan, membantu menarik bongkahan2 bekas rumah. Berhasil, abang selamat.

Yanto, suami Asih yang dulu saya sebelin itu malah menyelamatkan nyawa abang. Dan dia pula yang membereskan rumah yang hancur luluh lantak, mencarikan tas dan dompet saya yang tertimbun apa saja.

1 November 2009

Meninggalnya bapak.

@ November 2009

Pemakaman bapak. Terima kasih untuk semua sodara, kerabat, teman, tetangga, handai tolan. Teman2 kerja bapak di Universitas Cokroaminoto Yogyakarta, tetangga2 di kampung dan kampung2 sebelah yang sudah seperti sodara sendiri, teman2 main bola, kerabat bapak, kerabat ibu yang cakep2 dan cantik2 seperti artis, teman abang, teman tuti, teman adik, teman ipar, relasi dagang ibu, teman2 online di sultra, moeslem, halaqoh, teman2 pengajian, dan semuaaaa...banyak sekali.

Banyak sekali , mereka sudah memberi perhatian, mendoakan, menyolatkan, memberi batuan apa saja baik moril maupun materiil. Membuat kami tetap tegak berdiri walo hati sedang gundah di tinggalkan orang tua yang sangat di sayangi.

Beribu2 terima kasih kami ucapkan. Semoga Allah membalas amal kabaikan panjenengan semua. Aamien ya Robbal Alamin

0 komentar:

Posting Komentar