Sabtu, 13 Juni 2009

Ejekan Itu Cambuk

Pernahkah Anda di ejek? Saya yakin hampir semua oang pernah di ejek. Ada ejekan yang serius, candaan atopun sindiran. Biasanya orang akan mengingat terus ejekan yang di terima. Susah melupakan ejekan dan kalo fatal, mengendap di hati jadilah dendam.

Sejak di dalam rahim, lahir jadi orok sampai tua renta manusia bisa menerima pesan dari orang lain. Pesan yang menyakitkan termasuk ejekan di terima dengan hati sedih. Pesan yang menyenangkan di terma dengan riang.

Maka kalimat bijak mengatakan: Jika anak di asuh dengan ejekan maka ia kelak jadi minder (rendah diri). Jadi kalo sama anak kecil jangan suka ngejek. Karena ia takut untuk membalas ato tak bisa menjelaskan yang sebenarnya maka ejekan itu hanya di simpan di hati. Ia merasa bahwa ejekan itu "benar" dan mencuci otaknya dengan "kebenaran" ejekan itu. Terbawa terus sampe dewasa. Tumbuhnya jadi gak sempurna. Minder dan kehilangan spontanitas.

Pada orang dewasa ejekan bisa berbuah malapetaka. Karena yang di ejek sakit hati maka jadilah permusuhan / pertengkaran. Tapi ada juga yang membalas ejekan dengan dendam positip : Saya bisa lebih baik dari kamu !!!

Kasus Pertama :

Teman saya ada yg mo melahirkan. Suaminya kerja tak tentu. Lalu pas mau ke rumah sakit mertuanya nyoba pinjem uang ke orang. Apa yang didapat? Orang (kaya) itu pura2 tak dengar. Duuhhh.. nyakitin sekali. Di saat2 genting, bener2 butuh uang untuk nyawa pun tak dikasih.

Tidak itu saja. Sama saudara iparnya teman saya itu selalu di cemooh: Dasar orang miskin !!, begitu kira2.

Apa jawaban teman itu? Ia tak menjawab dengan kata2 tapi dengan tindakan. Sehabis masa menyusui ia bikin kue. Jam satu dinihari sudah mulai menggoreng sendirian. Subuh, saat orang masih terlelap ia jalan kaki ke pasar nganterin kuenya. Dia setor2kan ke grosir. Pinter kan? Jadi ia bisa bikin kue dalam jumlah besar karena yg dia setori grosir, bukan pengecer.

Lama2 omsetnya naik. Banyak orang yang pesen juga karena lama2 pada tau kalo ia bikin kue. Sekarang ia sudah jadi konglomerat. Jangan tanya jumlah pendapatannya. Yang jelas ia kembangkan usahanya jadi rumah kost, tanah, kendaraan, tabungan di bank, emas, dan entah apa lagi.

Sekarang saudara iparnya mana berani ngejek karena semua nenek/ kakeknya dia yang mnghidupi.

Kasus kedua :

............

Cape nih dan ngantuk karena ngetik sambil chatting. Masih banyak cerita tapi besok2 aja ya.

Jadi sebagai orang dewasa, kalo kita di ejek tak usah kecil hati. Apalagi sampe marah dan dendam. Apalagi minder, enggaklah. Bisa2 orang makin seneng ngejek kita.

Anggap saja ejekan adalah teguran pada kita. Bahwa orang care sama kita. Walao caranya rada sadis. Ejekan bisa jadi cambuk biar kita lari lebih kenceng.

0 komentar:

Posting Komentar